Saturday, November 28, 2009

Oh Begini Rasanya...





20 November 2009, akan sulit untuk gue lupakan. Gue dan temen-temen yang ngerjain proyek Bolbal selama ini. Bukan berlebihan rasanya kalau di malam Citra Pariwara itu kami semua terdiam menerima kenyataan bahwa gosip itu benar adanya.

Kejutan terjadi di awal acara saat kerjaan mini itu menerima piala emas untuk kategori unconventional medium. Gue waktu itu sempat mikir "eh ini beneran atau becandaan ya?" Tau sendiri kan, orang iklan doyan ngerjain. Tapi acara berlanjut terus. Berarti emas itu benar sudah di tangan kami.

Saat itu saya berpikir, Bolbal tidak mungkin lebih tinggi dari ini. Di hari sebelumnya, lutut gue gemetar menahan malu saat melihat entry Take A Box - Saatchi Jakarta. Keliatan banget lah bedanya. Take A Box terlihat sangat sempurna sebagai sebuah entry lomba iklan.

Dugaan saya benar, berikutnya ketika kategori kampanye integrasi, langkah Bolbal terhenti sampai finalis saja. Sedikit kejutan terjadi ketika Bolbal diganjar sebuah bronze untuk kategori kampanye digital. Dalam hati gue bersyukur. Dengan semua yang diraih pada malam ini, sudah cukup alasan untuk gue bersyukur.

Acara Citra Pariwara pun berlangsung seperti biasa, lamban dan membosankan. Kecuali bagi yang menang tentunya. Bersama teman-teman gue duduk di belakang. Karena acara hampir selesai, gue tungguin aja deh. Sampai selesai lah sekalian siapa aja yang menang Best untuk setiap medium.

Bolbal emang dasar banci tampil. Belum puas dengan semua penghargaan itu, Bolbal masih dapet lagi BEST OF UNCONVENTIONAL MEDIA! Ketika diumumkan, dalam hati gue kembali berpikir "oh bener ternyata gosip itu". Seperti yang sudah kami rencanakan, kalau sampai dapet Best Medium maka giliran gue untuk naik panggung CP. Panggung yang belum pernah gue jajaki sebelumnya. Sumpe! Gue BELOM PERNAH naik panggung CP seumur hidup gue.

Di atas panggung yang terang benderang, ada Firman Halim di panggung, Arie Triono jadi DJ, Dini Makmun jejeritan pake sempritan, teman2 Saatchi yang memberikan standing ovation, Aldo dan Alfa yang kemudian memberikan kaos bolbal untuk gue pegang, dan banyak lagi. Di belakang kayaknya ada Diki dan Wahyu yang teriak2 kenceng, Elwin Mok dan gang ikutan menyoraki. Karena gue limbung, gak bisa inget semua. Alhasil, gue cuma bisa cengangas cengenges aja di atas panggung.

Ketika piala tertinggi itu diberikan kepada gue, dalam hati gue berpikir "Oh, begini rasanya..."
Kayak apa? Ya gitu deh... Sekumpulan orang, ada yang orang iklan banyak yang bukan, sama-sama bikin sesuatu, tau-tau masuk 5 besar Agency Of The Year 2009. Alhamdulillah. We are just a bunch of lucky basterds and biatchies!

Ijinin gue kali ini untuk bilang Terima Kasih buat semua, semua, semua yang udah bantuin kami. Doanya, supportnya, jejeritannya, sorakannya, kritikannnya, sarannya, komennya, pokoknya semua lah. Bener-bener pengalaman yang gue pribadi gak akan gue lupakan seumur hidup. Bukan cuma pengalaman kemenangan Citra Pariwara, tapi juga semua pengalaman yang terjadi.

Tentunya banyak yang sekarang bertanya
"abis ini apa, Glenn? kirim ke Adfest dan Cannes ya!"

Gue cuma senyum-senyum aja.
Semua yang telah terjadi selama ini adalah tanpa rencana dan tak terduga.
Dan untuk gue pribadi, lebih menikmati.

Terima kasih untuk yang pernah bilang
"remove all your egos. don't make plan too much. just do it. one step at a time. you will be fine"
Thanks Datin, you sleep well. Ilopcu!

Dan yang selalu ada di hati gue: Pak Yayan.
Apa kabar ya dia sekarang? Semoga Tuhan melindungi dia dan keluarganya.

http://www.youtube.com/watch?v=KcMwnGZCtYo

Credit Title:

Ismet MIF, Alfa Aphrodita, Aldo Khalid, Yuriasari, Patrick G. Van Diest, Darbotz, Fajar Jasmin, Leonnie FM, Daniel Giovanni, Justinus Bramanto, Yanne Ade, Ramon, Surya Arief, Iim Fahima, Dondi Hananto, Dhitri, Aulia Masna, Pandji Pragiwaksono, Iwet Ramadhan, Daniel Tumiwa, Nasta Inda, Ramya Prajna, Lisa Siregar, Iing-Wadezig, Arie Triono-Kamar, ANTV, TVOne, HardRockFM, The Australian, BBC, Kompas, Femina, semua pendukung #indonesiaunite (kalau ada yang kelupaan tolong kasih tau ya...)

Friday, October 02, 2009

PULKAM



ini adalah kerjaan terakhir kami

http://pulkam.indonesiaunite.com

dan liputannya di The Jakarta Globe

http://thejakartaglobe.com/lifeandtimes/village-pride-online/333152

Sunday, August 30, 2009

BOLBAL


Sudah lama gue gak ngupdate blog ini. Sibuk ngurusin kaos BOLBAL.
Mau tau info-nya?

www.bolbal.indonesiaunite.com

ini di youtube:
http://www.youtube.com/watch?v=8Q5W6G3C9Lg
http://www.youtube.com/watch?v=pFynQOAa2wY

gak ngira kalau kerjaan kecil kami ini diliput media dalam dan luar negeri
The Autralian, BBC News, The Jakarta Globe, Kompas Online, @Adland dan Superfuture
detailnya ada di sini:
http://bolbal.indonesiaunite.com/category/coverage/

god is only kind to us.
alhamdulillah

Saturday, June 27, 2009

The Red Balloon - Albert Lamorisse



Setelah Tokyo Story, akhirnya saya menemukan lagi film yang langsung menjadi inspirasi saya. Kali ini film pendek berdurasi 34 menit berjudul The Red Balloon, arahan Albert Lamorisse.

Film yang dibuat tahun 1956 dan diperankan oleh Pascal Lamorisse, putra Albert. Ceritanya sangat sederhana. Dalam perjalanan ke sekolah seorang anak sd, yang diperankan oleh Pascal, menemukan balon berwarna merah tersangkut di tiang listrik. Pascal kemudian menyelamatkan balon itu.

Sambil berjalan ke sekolah ia terus memegang balon tersebut. Cerita kemudian berkembang saat balon itu ternyata bukan balon biasa. Balon itu memiliki kehidupan. Ia mengikuti kemana pun Pascal pergi. Bahkan, balon itu bisa jatuh cinta pada balon lain berwarna biru.

Karena balon itu bukan balon biasa, maka dengan cepat balon merah itu menjadi perhatian seluruh anak di sekolah Pascal. Mereka berusaha merebutnya dari Pascal. Pascal yang mulai merasakan hubungan batin dengan balon itu melakukan segalanya untuk terus memilikinya.

Hampir tidak ada percakapan dalam film ini. Setiap adegan dengan lugu bercerita tentang kehidupan. Apakah balon itu adalah cinta? Harapan? Rezeki? Kecemburuan? Dan jutaan tafsir yang kesemuanya membawa kita untuk semakin mencintai kehidupan itu sendiri. Kita seolah diajak untuk berkaca. Ada banyak adegan kehidupan nyata kita yang dibiaskan di film ini.

Saya tak memiliki cukup banyak kosa kata untuk menceritakan betapa film ini telah menginspirasi saya untuk terus menghidupi kehidupan saya.

Inilah film yang menurut saya pantas untuk disimpan dan ditonton oleh seluruh keluarga. Saya baru menontonnya sekali. Semoga saya dianugerahi umur panjang untuk menonton film ini lagi dan lagi.

Tuesday, April 21, 2009

Pengen Tapi Gak Bisa

body { background: #fff; margin: 0px; padding: 4px; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; height: auto; width: auto; }
Pernah gak sih ngerasain,
pas loe dihina-hina,
hanya karena loe punya pendapat berbeda?
Dan loe gak bisa ngebales.

Karena kalau loe bales,
nanti keadaan makin keruh.
Karena kalau loe bales,
tuhan nanti marah.
Karena kalau loe bales,
loe gak ada bedanya sama mereka.

Pernah gak sih ngalemin
di mana loe dipermalukan di depan umum,
dan takdir ketidak sempurnaan loe
digunakan untuk bahan tertawaan?

Pernah gak sih ngerasain
waktu omongan loe dimanipulasi
dan dipakai untuk ngelawan loe?

Pernah gak sih ngalemin
waktu pendapat loe dibelokkan
untuk menyakiti hati loe?

Gue pengen banget membela diri
pengen bilang kalau itu gak bener loh...
maksud aku begini bukan begitu...

Tapi hati kecil gue terus-terusan bilang
"udah diemin aja lah...
nanti juga lewat kok."

Saturday, April 04, 2009

Catatan Kecil KL Design Week

Ini adalah hasil dari yang gue pelajari dari seminar 3 hari di KL Design Week.

Dari semua pembicara, yang luar biasa dan mengundang standing ovation ada 6.
1. Eva Rucki dari UK
2. Stefan Sagmeister dari New York (sekarang lagi bermukim di Bali)
3. Chris Bosse dari Sydney
4. Aya Kato dari Jepang
5. Nathalie Fallaha dari Beirut
6. Kuntzel + Deygas dari Perancis

Oh, btw, David Carson gak jadi dateng! (untuk kesekian kalinya!)

1. Eva Rucki

Eva Rucki adalah salah satu pendiri Trio Troika. Mendengar brand Troika, kalau jalan-jalan ke Debenhams di Jakarta akan satu counter yang menjual barang2 unik merek Troika. Entah ada hubungan apa, tapi Troika adalah salah satu brand design terkemuka di dunia. Salah dua masterpiece dari Troika adalah "Tool for Armchair Activist" dan - dengan istilah gue sendiri - "Curvy Digital Lettering".

"Tool for Armchair Activist" adalah sebentuk karya instalasi yang merupakan bentuk perlawanan dari tekanan pemerintah UK. Mesinnya berbentuk sangat sederhana, tapi bekerja seperti pengeras suara yang bisa langsung menyuarakan komplen, protes dan kritikan yang bisa dikirimkan oleh siapapun menggunakan SMS!
Pengeras suara itu kemudian diletakkan di depan kantor-kantor pemerintah.
Karya ini menjadi begitu monumental dan masuk dalam salah satu karya terbaik dunia bukan karena segi estetisnya, tapi karena memiliki kepekaan dan kesadaran akan masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

"Curvy Digital Lettering"
Kalau kita sering melihat huruf digital seperti di kalkulator, memiliki bentuk yang standar. Seperti angka 8 dari garis-garis horizontal dan vertikal. Kemudian dalam pengembangannya ada garis silang di setiap kotak.
Ketika Troika mendapat tugas untuk menyampaikan sebuah pesan digital di stasiun kereta bawah tanah, mereka menciptakan pola huruf digital baru yang bisa membentuk lengkungan-lengkungan sehingga huruf yang keluar tidak lagi kaku.
Karya ini pun mendapat pujian, lagi-lagi bukan karena tingkat estetisnya, tapi kemampuan untuk mendobrak batasan-batasan dunia digital.

Secara intinya Eva berbagi dan mengajarkan bahwa desain adalah bentuk fungsi yang bergerak sesuai dengan zamannya. Troika memiliki kepekaan yang luar biasa sehingga bisa menghasilkan karya yang walau sederhana, menjawab kebutuhan masyarakat sekitarnya. Menjadi corong untuk bahasa benak rakyat kebanyakan.
Tanggung jawab sosial dan lingkungan, menjadi hal yang begitu penting dalam dunia desain grafis kontemporer.
"Good design is a concept that encompasses sensibility with a sense of economy and is often inspired by necessity"

Ada banyak karya-karya lain yang bisa bikin mata kita membelalak ketika tahu sumber inspirasi karya-karya mereka. Mesin ketik antik, kotak mainan anak-anak, balon, lukisan kuno dan banyak lagi.

2. Stefan Sagmeister

Menjadi pemungkas dari rangkaian acara, menempatkan Stefan sebagai icon dunia desain grafis dunia. Kehadirannya ditunggu-tunggu dan presentasinya tidak pernah gagal menjadi inspirasi. Dan benar saja, Stefan tidak berbicara soal teknis. Tidak lagi berbicara soal aturan dan rumus. Tapi Stefan berbicara soal kebahagiaan. Happiness.

Bagi Stefan karya desain yang baik adalah karya yang bisa membawa kebahagiaan bagi orang lain. Bagi sekitar. Bagi masyarakat. Dan satu-satunya cara untuk seorang desainer bisa menciptakan kebahagiaan untuk orang lain, adalah dengan menciptakan kebahagiaan bagi diri desainer-nya dulu.

Stefan menceritakan pengalaman pribadinya, masa lalu-nya, kemudian menggaris bawahi hal-hal yang membuatnya bahagia. Ia pun berpendapat bahwa 'pencipta/desainer' mutlak membutuhkan kebahagiaan dalam bekerja. Ia tidak percaya bahwa orang bisa menghasilkan karya yang baik tanpa kebahagiaan dalam mengerjakannya. Banyak kalimat-kalimatnya yang begitu mencerahkan dan membuat kita, para peserta, merasa bahwa sudah begitu lama kita mendustakan kebahagiaan. Kita terus mencari kebahagiaan tanpa pernah mencarinya ke dalam diri kita sendiri. Dan dalam perjalanan mencari kebahagiaan itu, sering kita melupakan tujuan perjalanan itu sendiri.

Sosoknya yang sederhana, secara tidak langsung membuat gue membandingkan dengan para dewa orang iklan. Stefan adalah orang yang begitu 'konten' dan apa adanya. Tak banyak pernik cantik apalagi kedivaan yang biasa ditunjukan oleh orang iklan. Dan benar saja, menjelang akhir presentasinya, Stefan berkata, "saya tidak percaya kalau ada orang bekerja di dunia iklan yang bilang bahwa ia bahagia setelah 20 tahun bikin iklan". Sontak gemuruh 200 an peserta seminar tertawa dan bertepuk tangan.

Salah satu karyanya yang sedang dikerjakan di Bali adalah sebuah meja. Di atas meja itu dipenuhi dengan kompas kecil-kecil yang tertata rapih. Kemudian sebilah kaca diletakkan di atasnya. Tak berhenti di situ, Stefan kemudian menciptakan cangkir, yang di bawahnya direkatkan magnet kecil. Sehingga ketika cangkir itu diletakkan di atas meja, jarum-jarum kompas yang jumlahnya ratusan itu akan bergerak dengan cantiknya :)

Siapa yang tak akan bahagia ngopi di meja seperti itu kan?

3. Chris Bosse

Chris adalah salah seorang pendiri biro arsitek LAVA. Lava adalah otak dibalik penciptaan stadium Birds Nest dan kolam renang olimpiade Watercube di Beijing! Sepanjang presentasi, setiap slide, tak lain adalah keindahan yang gue gak sanggup menceritakannya. Gedung tidak lagi tegak lurus dan melengkung dan seolah bergerak dinamis. Permukaan bangunan tidak lagi rata, tapi bergelembung seperti busa sabun cuci baju. Semua tersaji dengan permainan lampu yang membawa semua yang melihatnya masuk ke dalam alam fantasy.

Mau tau dari mana Chris mendapat inspirasinya? Satu kata. Dari alam. Dan ketika semua dipresentasikan, semua melongo tidak percaya. Busa sabun pencuci piring adalah inspirasi dari Watercube! Sarang burung di taman rumahnya, jadi inspirasi desain Birds Nest. Lampu Lava yang bergerak dengan dinamis, jadi inspirasi sebuah bangunan mewah Bubble High Rise building di Berlin. Karya-karya Lava bukanlah bangunan. Tapi menciptakan sebuah landmark kota.

Hampir semua yang melihat karya Chris kan terbawa emosi. Ada yang merinding, tersenyum, terharu dan bahkan menitikkan air mata. Bayangkan, sebuah bangunan bisa menggugah emosi. Itu semua bisa terjadi karena Chris memiliki kepekaan yang luar biasa pada lingkungan dan alam. Bukan bangunan yang menyingkirkan alam, tapi bangunan yang menjadi satu dengan alam.

Ketika Chris memperlihatkan video presentasi pitch untuk gedung olimpiade Beijing, pikiran gue melayang ke bagaimana kita melakukan video presentasi untuk iklan. Kurang lebih sama. Bedanya, Chris tau benar cara menggugah emosi klien. Klien seolah dibawa ke dunia fantasy yang diciptakan. Membangun imajinasi. Dan kemudian imajinasi itu menari-nari di dalam. Bahkan ketika ada kesalahan karena perenang loncat indah di 3D animasi itu menggunakan kacamata renang yang seharusnya tidak, klien pun melupakannya.

4. Aya Kato

Sebelumnya, gue udah sering mendengar nama Aya Kato. Ilustrasi karya perempuan Jepang ini sering jadi referensi beberapa iklan yang pernah gue bikin sama Cecil dan Juli untuk ikutan awards. Keluarbiasaan karyanya, ada pada detail yang bikin pikiran kita tidak mempercayai mata lagi. Dan, Aya sering memadukan pengaruh barat dalam karyanya. Ada Alice in Wonderland, Snow White, dan lain-lain. Sayangnya, Aya hanya ikut di bagian forum diskusi, dan karya-karyanya masuk ke pameran yang tidak boleh difoto.

Ketika melihat sosok Aya secara langsung, pikiran gue melayang ke 3 perempuan temen deket gue. Ree, Cecil dan Beti. Badannya kecil, kurus lengkap dengan kepangan yang dibikin melingkar di kanan kiri. Sepanjang 2 jam forum tanya jawab, Aya duduk dengan rapih dan manis, didampingi seorang penterjemah. Semua dijawab dengan sangat lugu bahkan cenderung tidak menjawab pertanyaan, tapi semua bisa memahami maksudnya.

Ketika ditanya apakah perlu untuk memasukkan unsur kelokalan dalam sebuah karya, Aya tampak bingung. Dengan terbata-bata ia manyampaikan bahwa sebuah karya adalah hasil dari dari emosi penciptanya. Dan pencipta yang baik, selalu menjadi diri sendiri. Tidak perlu mencontoh karya orang lain, apalagi berusaha menjadi orang lain.

Kegemaran Aya pada dongeng barat itu, tidak serta merta dituangkan secara langsung. Tapi ia berhasil dengan cantiknya mengekspresikan dengan cita rasa yang sangat Jepang. Coba google deh. Harusnya ada.

Karya-karyanya yang monumental itu, kemudian ditelaah oleh para kritikus seni. Dan dari situlah ditemukan ketertarikan Aya pada elemen Art Nouveau, Manga dan Pop Art. Tak kurang dari Microsoft Zune, Tori Amos dan Hitachi pernah menggunakan karyanya. Kalau ada yang lagi iseng jalan-jalan ke Amerika, Spanyol, Brazil dan Rumania, berkunjunglah ke museum yang memamerkan karya lukis/gambar kontemporer. Dipastikan karya Aya ada diantaranya.

Waktu gue melihat pameran, sebenarnya Indonesia memiliki banyak ilustrator yang bisa menggambar sebaik atau bahkan lebih baik dari Aya. Tapi ada satu hal yang melekat erat di setiap karyanya. Karakter. Nafas keluguan yang ditampilkannya tidak pernah gagal untuk memberikan warna di hati kita. Ada roh nya, kalau kata orang.

5. Nathalie Fallaha

Bukan gampang untuk Nathalie menjadi presenter dadakan menggantikan David Carson yang tidak jadi datang. Apalagi nama cewek asal Beirut ini memang jarang terdengar. Bahasa inggrisnya pun pas-pas an. Di awal presentasinya, pasti banyak yang mengerutkan kening.

Tapi Nathalie memang luar biasa. Di akhir presentasinya, Nathalie dinobatkan sebagai The Show Stealer! Nathalie berhasil menyirap semua peserta untuk masuk ke dalam kota Beirut. Foto-foto grafiti di Beirut, tempelan poster-poster yang sudah robek, signage tukang cukur dan lain-lain ditampilkan sebagai sumber inspirasinya. Peserta pun perlahan diajak untuk mamahami keindahan karya Nathalie. Kalau lagi iseng, liat deh dibalik pintu ruangan Neo 1, ada banyak foto-foto serupa. Kalau di situ isinya lebih ke orang-orang.

Sebagai perempuan di Beirut, Nathalie memiliki jiwa pemberontak. Ia menciptakan tokoh kartun perempuan berjilbab. Salah satunya adalah perempuan berjilbab sedang membawa anjing yang juga berjilbab! Nathalie meneriakkan protesnya, bahwa kalau perempuan diharuskan memakai jilbab karena dianggap rendah dan najis, apa bedanya perempuan dengan anjing. Sangat-sangat kontroversial dan lantang!

Saat acara tanya jawab, Nathalie protes keras ketika ditanya pendapatnya tentang pengaruh barat dalam karya Asia. Ia dengan lantangnya menyarankan agar para desainer berhenti melihat karya-karya dari luar dan mulailah menggali inspirasi dari sekitar. Desain adalah bentuk ekspresi terdalam dari keunikan setiap manusia. Karenanya, Nathalie mengajak setiap desainer untuk bersyukur dan menjadi diri sendiri.

6. Kuntzel & Deygas

Pada sebuah liburan yang meresahkan karena tekanan finansial, pasangan ini 'iseng-iseng' menggambar sepasang anjing yang diberi nama Caperino dan Peperone. Secara tampilan, sangat sederhana. Kalau rezeki memang gak ke mana. Dari karya inilah yang membawa duo desainer ini kemudian menangani brand seperti Yves Saint Laurent, Toyota, HSBC, Nokia, MTV dan... menjadi cover majalah Idn!

"Minimalism Needs Maximalism" begitu seruan mereka. Banyak yang salah mengartikan kata minimalis menjadi asal-asalan. Selama banyak bidang putih, kemudian dengan seenak udelnya bilang minimalis. Menurut mereka, betul karya tidak perlu menjadi kompleks. Ia harus sederhana. Tapi dibalik karya sederhana itu dibutuhkan pemikiran yang mendalam dan usaha keras.

Caperino dan Peperone, sepintas lalu seperti gambar 2 anjing biasa. Yang menjadikannya luar biasa, bagaimana kedua desainer ini kemudian menghembuskan nafas pada anjing itu. Selanjutnya, kedua anjing itu kemudian berubah bentuk dan menjadi bagian dari desain kursi, gelas, kaos dan bahkan seolah melompat saat menempel pada sebuah gelas bergelombang.

Begini singkatnya. Selama ini, logo atau maskot adalah benda sakral yang tidak pernah berubah bentuk. Buaya merek Crocodile, yang menganga dan diam begitu saja di manapun. Ronald McD, bergerak dengan ekspresi wajah yang statis. Apalagi maskot KFC.

Kuntzel & Deygas mendobrak aturan itu. Misalnya, ketika Crocodile mendatangi mereka untuk menciptakan kaos polo edisi ulang tahun dan menggunakan Caperino dan Peperone, mereka dengan ciamiknya menciptakan cerita lucu dengan ketiga maskot tersebut. Buaya crocodile dibuat seolah berlari ke atas sementara Caperino dan Peperone menyalak di bawahnya.

Pikiran gue sempat melayang ke MTV yang memang dari awal tampak begitu versatile. Caperino dan Peperone bukan cuma versatile, tapi hidup. Mereka menciptakan ekspresi bagi karakter anjing itu. Sehingga kita pun terbawa masuk ke dalam "kehidupan" jadi-jadian Caperino dan Peperone.

Dari situ, boneka robot anjing Caperino dan Peperone kemudian menjadi satu-satunya anjing yang diperkenankan untuk masuk ke tempat-tempat umum di mana anjing tidak diperkenankan untuk masuk.

Foto-foto:
http://glennmarsalim.multiply.com/photos/album/93/Foto2_Seminar_KL_Design_Week

Tuesday, February 17, 2009

DIBUTUHKAN: IDE, SARAN dan PENDAPAT



Tanggal 5 Maret nanti, untuk pertama kalinya gue diundang jadi pembicara sebagai seorang freelancer. Yang bikin gue tertarik, karena seminar ini untuk pertama kalinya bukan membahas soal iklan. Tapi profesi gue selama 3 tahun lebih. Freelancer.

Seneng, tapi kok deg-deg an juga ya. Karena jujur gue gak tau mau ngomong apa. Dan tentunya gue juga gak mau kalau penonton kecewa. Gak gratisan loh ini. Gak enak bener rasanya kalau sesudah seminar peserta pulang dengan kecewa karena gak dapet yang mereka mau.

Itu pertanyaan pertama.

Pertanyaan kedua, emang ada ya yang mau dateng?

Wednesday, February 11, 2009

Anak Kreatif Iklan VS Dian Sastro

Belakangan ini, entah karena mengejar sebelum PEMILU, kerjaan datang bertubi-tubi. Semua harus selesai sebelum bulan Maret berakhir.

Otomatis kehidupan gue pun berubah drastis. Bayangkan, semenjak matahari 2009 terbit, setiap hari gue harus menghasilkan setidaknya 7 - 10 storylines iklan. Non-stop, 24/7, Senin ketemu Senin. Ditambah banyaknya iklan yang menuntut untuk gue bikin layout sendiri, nulis sendiri, sampe nempel board nya juga sendiri.

Saat menjalaninya jelas banget, gue sering mengalami kecemasan luar biasa. Jantung gue mendadak terasa berdetak lebih cepat, maag kambug, jerawat mulai berdatangan. Bahkan sampai gue menulis ini, maag gue masih cenut-cenut.

Tapi, diantara kekacauan dan kegelisahan di atas, rupanya ada pelajaran tersembunyi yang membuka mata dan pikiran gue. Pelajaran itu, untuk saat ini gue sebut DETACHMENT. Maksudnya apa, proses pencarian ide sampai mengeksekusinya, akan jauh-jauh lebih mudah dan lebih baik hasilnya kalau, gue tidak menyelipkan ambisi pribadi diantaranya. Gak ada personal suka atau tidak suka. Gaya gue atau bukan gaya gue. Tapi benar-benar pasrah pada brief yang sudah disepakati.

Dari kepasrahan itu, gue jadi lebih setia pada konsumen, pada brand. Seorang kreatif pernah membaca storyline gue dan berkata "ih kok gini amat storynya? norak banget!" Gue berusaha menjelaskan bahwa yang norak, menurut dia, itu lah yang dibutuhkan saat ini. Bukan soal apakah gue suka atau gak suka.

Apakah gue suka dengan hasilnya? Bisa jadi enggak.

Apakah gue puas dengan hasilnya? Bisa jadi iya.

Wah bisa jadi asal-asalan dong? Ya enggak. Jauh dari asal-asalan. Malah justru ini lah cara dimana merek dan konsumen menjadi yang terutama. Menjadi satu-satunya.

Seseorang pernah berkata bahwa Dian Sastro telah "lewat" masanya. Ia tak lagi gemilang. Bahkan kecantikannya yang masih jelas terpancar, tak bisa lagi mendongkrak namanya. Usut punya usut, diperkirakan adalah Dian semenjak AADC dan Pasir Berbisik, tidak lagi "pasrah" pada sutradara. Ia mulai memikirkan untuk menonjolkan keartisan dan ciri khas pribadinya. Ia tidak lagi setia pada perannya. Bahkan di beberapa kejadian, ia berani melawan kehendak sutradara.

Saat keinginan pribadi ditonjolkan, maka semua termasuk pribadi itu sendiri akan runtuh. Dengan sendirinya. Secara alami.

Kalau diandai-andaikan, kreatif di dunia iklan itu adalah penari.

Dan brief itu adalah lagu yang mengiringinya.

Kita boleh membantu penciptaan lagu itu,

tapi tak bisa menentukan lagu itu.

Dan ketika lagu itu diputar,

kita pun harus pasrah.

Bukan lagu yang mengiringi kita,

tapi kita yang menarikan lagu.

Sunday, February 01, 2009

Walt - The Man Behind The Myth



Soal kehidupan keras yang masih menyisakan mimpi,
fantasi dan khayalan untuk membuat
orang lain jadi lebih bahagia.
Dokumentari yang biasa saja,
tapi tokohnya memang luar biasa.
Walt Disney, sejarah hidupnya, sejarah Disneyland.

Bagaimana sebuah kreativitas hadir karena kebutuhan,
kerja keras, dan imajinasi yang belum ada sebelumnya.
Bikin gue ngerasa kecil dan cepet puas.

Sesudah nonton ini, lagu
M-I-C-K-E-Y M-O-U-S-E
jadi terdengar lebih bermakna.
Mau tau gak film pertama yang dibuat oleh Walt Disney?
Mau tau film Disney yang paling laku?
Berapa Oscar yang telah mampir ke mejanya?
Mengapa Mickey Mouse memiliki tempat istimewa?
Darimana inspirasi karakter Dumbo?
Semua diulas di sini...

Sunday, January 11, 2009

Things I Have Learned - Stefan Sagmeister



Buat pada fans Stefan Sagmesiter,
buku ini keren abis!
Isinya kompilasi porto dari Stefan.
Dan yang bikin menarik,
buku ini gak hanya kasih liat gambar,
tapi Stefan gak lupa menuliskan cerita, konsep, ide
dan pemikirannya di balik setiap karya.

A MUST HAVE buat para graphic designer,
dan orang iklan yang doyan hal-hal seru!

Advertising Next - Tom Himpe



Buat yang udah lama nyari buku kompilasi iklan-iklan non-conventional,
menurut gue buku ini bisa jadi menarik.

Kenapa?
Karena memuat 150 kampanye iklan ambient, online, dan sejenisnya yang telah memenangkan penghargaan iklan internasional.
Kenapa?
Karena di buku ini bukan sekedar gambar-gambar, tapi tertera sedikit penjelasan tentang studi kasusnya.
Kenapa?
Karena di buku ini juga ada salah satu karya JWT Indonesia.

Gue menemukan buku ini di Periplus, Plaza Indonesia.
TAPI,
sampulnya gak seperti ini. Isinya sama.

Harganya agak lumayan mahal.
TAPI
kalau buat ilmu jadinya pantas untuk dibela.

Pasti banyak contoh iklan yang kita udah pernah liat.
TAPI
lebih banyak yang belum. Dan jangan lupa, studi kasusnya itu tadi.

Selamat berburu!
(di Periplus Plaza Indonesia tinggal 1 copy)

Thursday, January 08, 2009

Tarif Freelancer

Setidaknya setiap bulan, ada 3 pertanyaan dari teman-teman freelancer soal harga. Dan pertanyaan standarnya adalah:

"Berapa sih standar-nya?"

Jawaban gue selalu sama. Dan makanya mungkin dengan gue posting di sini, bisa menghemat pulsa untuk sms atau telepon gue. Jawaban gue itu adalah:

"Tidak ada standarnya."

Lah terus gimana dong? Ya gak gimana-gimana. Inilah salah satu kemewahan freelancer. Setiap freelancer berhak untuk menilai dirinya masing-masing. Beda orang beda standar. Dan sekarang gue akan bercerita tentang bagaimana harga pula lah yang mematikan banyak freelancer, sehingga balik jadi karyawan lagi.

Dari awal gue menjadi freelancer, sekitar 3.5 tahun yang lalu, gue memutuskan bahwa sebelum gue bisa membuktikan bahwa gue berguna sebagai freelancer, maka gue gak akan ngecharge. Sebelum gue mampu memberikan lebih dari sekedar yang diminta, jangan harap gue minta harga.

Makanya kalau ada yang sebar-sebar bilang gue mahal, gue setengah mau ketawa dan terganggu juga. Tapi sudahlah. Biar Tuhan yang mengatur.

"Berapa, Glenn?" tanya salah seorang pemilik agency. Jawaban pertama gue selalu sama "terserah aja. Budget loe berapa? Gue nurut aja".
Di awal-awal memang terkesan membingungkan. Tapi seperti ada kode tak tertulis. Makin hari jumlah bayaran yang gue terima semakin sama.
Yang rendah menaikkan bayaran mereka dengan sendirinya.

Ada banyak freelancer yang tidak setuju dengan pemikiran dan gaya gue ini. Kata mereka kita harus bisa menghargai diri kita sendiri. Yah, terserah aja lah. Tiap orang boleh dong punya pemikirannya sendiri-sendiri.

Masalahnya banyak yang kemudian gagal jadi freelancer karena harga yang dipasang tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Nah loh! Klien kecewa dan freelancer itu tidak dipakai lagi.

Gue pernah tau seorang freelancer yang nge-charge 20 juta untuk kerjaan desain sederhana selama 3 hari. Gue juga pernah tau ada yang ngecharge 100 juta untuk pitch seminggu. Waktu awal-awal denger itu, iri juga sih. Pengen rasanya bisa terima uang sebanyak itu. Tapi... ya itu... percaya gak percaya, satu-satu dari mereka mulai berguguran. Akhirnya balik deh jadi karyawan lagi. Atau ya... menganggur.

Gue bukan bilang, menghargai karya sendiri itu salah. Tapi harus tau diri juga. Kalau nanti terbukti hasil kerjaan kita bisa membantu agency menang pitching. Kalau nanti ternyata kerjaan logo kita membantu klien semakin makmur dan logonya dipunji kolega mereka. Kalau nanti fakta mengatakan bahwa karya kita melebihi dari ekspektasi. Masak sih, harga kita gak naik dengan sendirinya?

Dan jangan lupa. Tuhan Maha Tau.

Ok, buat yang percaya sama gue begini cara menilainya.
Misalnya kamu dapet kerjaan selama seminggu. Dan untuk itu kamu dibayar 3 juta.
Kesannya kecil ya...

Tapi coba kamu liat lagi, dalam seminggu itu kamu ada kerjaan yang lain kah?
Kalau gak ada, kenapa gak diambil aja. 3 juta seminggu berarti 600 ribu setiap hari.
Besar juga kan?

Pikirin soal tagihan HP, listrik, air, yang bisa tercover dengan bayaran itu.
Ketimbang ditolak hanya demi mempertahankan idealisme gak mau dibayar murah?

Selalu coba balikan ke diri kita masing-masing. Cobalah untuk realistis dan tidak sombong. Selalu ingat di atas langit masih ada langit.

Dan, gak usah tengok kanan kiri. Si anu kok dibayar lebih mahal ya? Ya biarinin aja. Rezekinya dia. Kalau memang kita bagus, insya allah harga kita akan naik dengan sendirinya. Dan ketika itu lah, "gengsi" sesungguhnya dari seorang freelancer.

Lagi-lagi ini adalah yang gue lakukan.
Alhamdulillah selama 3.5 tahun ini, gue bisa bertahan.

It's ONLY Facebook!

Suatu hari gue menerima message di tembok Facebook dari seorang teman lama. Teman gue ini, terkenal pandai, cerdas, pemikir ulung, terkenal dan kaya raya. Pokoknya kombinasi seimbang antara brain, beauty and behavious! Gue bangga banget bisa temenan sama dia.

Isi message itu adalah:

"BUSET temen loe sampe 1200 an lebih! Emang loe kenal semua?"

Message di wall itu gue cuekin karena gue merasa message tersebut hanya sekedar untuk menyapa gue aja.

Gue cuma bales:

"WOI! Apa kabar loe?"

Gak dibales.

Akhirnya di pameran Citra Pariwara kemaren, kebetulan gue dan dia papasan lagi. Dengan spontan gue menyapa cium pipi kanan dan kiri sambil setengah berteriak:

"Woiii apa kabar sayuuuur"

Eh gak disangka gak diduga, pertanyaan pertama dia tetap sama:

"Emang temen loe di Facebook sampe ribuan gitu?!"

Kali ini nadanya agak sedikit sinis dan melecehkan. Seperti biasa, gue paling bisa mengontrol serangan seperti ini. Dengan santai gue menjawab:

"Ah ya enggak laaaah itu kan banyak mahasiswa. Lagian banyak kok kenalan baru di situ. Ya gue sih enggak apa-apa lah. Seneng-seneng aja!"

Dengan wajah setengah nyinyir dia berkata lagi:

"Menurut gue itu ego booster (agak lupa kata-kata persisnya -red) loh kayak gituan!"

Karena gue merasa diskusi seperti ini gak penting, akhirnya gue merespons dengan tertawa aja. Diringin pertanyaan "eh gimana menurut loe nih iklan-iklan?" Pembicaraan pun beralih. PUGH! Lega juga.

Sampai suatu saat kita mengadakan pesta perpisahan. Dia akan hijrah ke luar negeri. Pesta perpisahan itu dihadiri oleh beberapa teman lama gue di kantor yang lama. Di tengah keseruan membahas masa lalu, tiba-tiba teman gue bertanya setengah berteriak sehingga seluruh teman mendengar:

"Eh Glenn, emang loe kenal semua sama temen loe yang ribuan itu di Facebook?"

Gue agak syok sedikit. Gue pikir udahan topiknya. Akhirnya gue tertawa aja. Sambil berkata:

"Ah itu kan cuma Facebook. Bukan Heartbook. Siapa yang ada di hati gue cuma gue yang tau kaaaan?"

Pugh lega lagi untuk kedua kalinya.

---

Dua hari ini gue agak rajin nulis dan upload di Facebook, Multiply, Blogspot gue. Dan dalam hitungan jam, lumayan banyak respons dari teman-teman lama yang bikin gue jadi inget lagi sama mereka. Dan yang lebih serunya, ada juga teman-teman "baru mulai kenalan" di Facebook yang sekalian komen sekalian ajak kenalan.

Gue seneng. Karena buat gue, bukan urusan kenal gak kenal. Bukan urusan teman atau bukan teman. Tapi Facebook semacam sarana untuk berhubungan dengan teman yang sudah kita kenal, dekat ataupun selintasan. Dan sarana untuk memulai hubungan pertemanan baru. Gak ada salahnya dengan itu semua kan?

Seandainya teman lama gue itu masih ada di sini, gue pengen bilang:

"Jangan terlalu serius lah. Buat gue, it's only Facebook!"

----

Dan hari ini, sebelum gue menulis postingan ini, seorang teman yang termasuk dalam gang Brain, Beauty dan Behaviour baru masuk ke dalam Facebook. Tulisannya berjudul:

What happened to the thousand masks of us in this Facebok?

Di tulisan ini, dia menyampaikan bahwa setiap orang memiliki "topeng" nya yang akan kita pilih untuk dipakai saat masuk dalam komunitas yang berbeda. Dan itulah sejatinya manusia. Keberadaan Facebook ini mengenyahkan itu semua karena Facebook membuka banyak hal tentang diri kita. Bagi dia ini menakutkan.

Tidak ada yang benar atau salah. Tapi gue jadi salah tingkah sendiri sekarang. Gue yang terlalu santai dalam menyikapi Facebook, atau mereka yang terlalu serius? Atau dua-duanya sah-sah aja? Lalu kenapa kalau gue santai, diserang 3 kali?

1 Corinthians 13:11

When I was a child, I spoke as a child, I felt as a child, I thought as a child.
Now that I have become a man, I have put away childish things.

Wednesday, January 07, 2009

Cinta Saat Ini

Semalam, gue ngobrolin soal cinta. Soal yang udah lama banget gak pernah jadi topik yang menarik perhatian gue selama ini. Ini semua bermula karena gue baru kenalan sama seorang teman baru. Dia pada intinya curhat soal pengalaman cintanya, lika-liku asmaranya, bahkan masa lalu kekasihnya!

Gue mendengarkan dengan asiknya. Bahkan di kepala gue tergambar storyboard yang menarik. Setiap katanya seperti dalang dan gue pasrah untuk masuk dalam cerita cinta teman baru ini. Cerita cinta yang hampir gak pernah jadi bagian hidup gue, benar-benar mengasyikkan untuk didengar.

Bahkan bagian terburuk cerita cinta sekalipun, tetap menarik buat gue.

Di tengah keasyikan itu, jantung gue kayak berdebar ketakutan. Gue takut banget kalau kata-kata itu akan keluar. Sumpah mati gue gak mau. Tapi memang sepertinya sudah menjadi aturan tak tertulis sebuah pertemanan untuk balik bercerita. Untuk membuka diri. Kata-kata itu adalah "kalau loe gimana?"

Dengan kepala kosong dan tanpa niat apapun gue pun bercerita soal cerita cinta gue. Cerita yang begitu asing buat gue. Cerita yang dimulai sekitar 10 tahun silam ketika gue memutuskan bahwa lebih baik sendiri. Karena dengan sendiri, gue bisa lebih bebas untuk menjalani hidup. Lebih bebas untuk menjadi diri sendiri. Dan gue bisa dengan maksimal menjalani pekerjaan gue. Bersosialisasi. Semua tanpa batasan.

Sampai akhirnya dua tahun yang lalu, gue membuat sebuah teori berdasarkan pengalaman hidup gue. Banyak kenalan, rekan, klien, teman, teman dekat, yang ketika ia masih single saat usia mulai bertmnbah (40 tahun ke atas), berubah. Entah mengapa, mereka jadi begitu sinis terhadap kehidupan. Pahit, terhadap banyak hal. Semua hal di dunia ini salah dan kurang. Dan hanya dia lah yang paling benar dan sejati. Hanya dia yang tau segala hal. Yang lain itu bodoh. Yang lain itu dangkal.

Alih-alih bertambah bijaksana, gue melihat kegetiran hidup yang sepi.

Saya 35 tahun. Masih ada 5 tahun untuk berubah. Untuk ancang-ancang agar tidak jadi bagian dari itu semua.

"Coba deh mulai membagi hidup kamu dengan yang lain. Karena dengan berbagi kamu bisa lebih menikmati dan menghargai hidup" kata seorang ibu angkat ke gue ketika gue menceritakan kegelisahan gue ini. "Glenn gak mau jadi kayak gitu kalau tua nanti. I want to grow old graciously. Glenn pengen lebih bijaksana" begitu kata gue.

Dengan saran itu gue mulai mencoba membagi kehidupan gue dengan yang kurang beruntung. Yatim piatu, anak putus sekolah, pengemis dan lain-lain. Mengajar di sana-sini kalau pas bisa. Secara teratur mendermakan sebagian penghasilan. Ternyata, kebaikan lain yang gue dapat. Kali ini gue berani jadi saksi:

"The more you give, the more you get!"

Entah siapa yang pernah bilang begitu. Tapi itu benar-benar terjadi. Rezeki, rahmat, anugerah, seolah tak pernah berhenti mengalir dari Tuhan. Dan lidah seperti gak pernah cukup untuk bilang Alhamdulillah.

Dua tahun berjalan, namanya manusia, gak pernah ada puasnya. Gue merasa gue tetap perlu teman hidup. Teman untuk berbagi hidup gue. Gue gak perlu untuk jatuh cinta sama dia. Tapi gue perlu untuk bisa berbagi hidup gue dengannya.

Demikian gue mengakhiri cerita cinta gue.

Gue gak lagi cari orang untuk jatuh cinta.

Tapi gue lagi cari orang untuk berbagi hidup gue.

Itu lebih dari cukup untuk gue.

Saat ini.

Friday, January 02, 2009

Terima Kasih, Amerika



Tahun 2008 baru saja menyelesaikan tugasnya. Tahun 2009 baru terima serah jabatan. Seperti di setiap awal tahun, banyak dari kita yang melakukan 2 hal. Melihat ke tahun kemaren, dan mempersiapkan tahun yang akan datang.

Melihat ke tahun 2008, adalah tahun yang penuh dengan pembelajaran. Banyak kejadian yang membuat gue mengubah cara pandang terhadap kehidupan ini. Meluaskan perpektif tentang banyak hal. Dan kebetulan 2 pelajaran besar itu berawal dari ruang kelas bernama Amerika.

1. Barrack Obama

Ketika lingkungan sekitar gue bergembira, gue ada pertanyaan dalam hati "emang yakin ya dia ini bakal ok? hehehehe". Tapi ada satu hal yang gue pelajari. Pelajaran itu adalah tentang mimpi. Tentang harapan. Tentang cita-cita.

Semua bisa terjadi. Semua mungkin. Semua bisa. Selama ada keinginan kuat, ada kerja keras, ada keringat dan air mata, insya allah semua itu mungkin.

Semenjak saat itu gue berkata dalam hati, mulai saat ini, kalau ada satu manusia di muka bumi ini yang berkata atau berniat mematahkan impian dan cita-cita, maka manusia itu tidak berhak untuk hidup dekat dengan kehidupan. Karena kehidupan adalah soal impian, harapan dan cita-cita. Lawan dari ketiga hal itu, membujuk pada kematian.

2. Krisis Global

Gue inget banget di awal-awal krisis global ini mulai marak, seorang teman menulis di multiply "BE AFRAID". Saat itu tulisan itu gue lawan dengan ngototnya. Mau takut apa? Takut miskin? Takut lapar? Takut dipecat? Bukankah hidup kita sepenuhnya milik Tuhan? Dan kita hanya menjalankannya dengan sebaik-baiknya?

Kalau ngomong hidup susah, semenjak gue lahir di Indonesia, hidup memang tak pernah terlalu mudah dan nyaman. Cari uang susah, fasilitas negara buruk, jaminan masa depan rendah, dan lainnya.

Sesudahnya teman gue meralat maksud "BE AFRAID" nya itu. Yang dimaksudkan adalah agar kita lebih mawas. Lebih hati-hati dalam berbelanja. Lebih irit. OK deh... "udah dari dulu Yas... loe aja yang hedon! Heheheh!"

Tapi satu hal yang luar biasa yang gue pelajari dari krisis yang dimulai dari Amerika ini. Negara Adi Daya. Maha segalanya ada di Amerika. Pelajaran itu adalah soal, kemungkinan. Semua itu mungkin terjadi. Siapa bisa mengira bahwa krisis ekonomi ini bisa terjadi di Amerika.

Di negara yang dipenuhi dengan orang pandai, cerdas, intelek, bagaimana mungkin krisis sebesar ini tidak bisa diatasi dengan cepat? Di negara yang serba penuh persiapan, cenderung parno, dan bahkan sibuk mengingatkan negara lain untuk bersiap-siap, kok bisa tidak mengantisipasi krisis sebesar ini?

Karena semua mungkin terjadi, maka semua manusia sama. Tak perlu kagum dengan orang pandai, tak perlu hina dengan orang bodoh. Yang pintar bisa jatuh yang bodoh bisa naik. Tak perlu mengidolakan orang kaya, tak perlu mengecilkan orang miskin. Karena yang kaya bisa jatuh miskin di 5 detik ke depan dan di detik yang sama yang miskin bisa jadi kaya.

Semenjak saat ini pula semua adalah teman. Mari kita berjalan bersama. Tak perlu lah berjalan di depan atau di belakang. Kamu tak lebih dan tak kurang dari siapapun di dunia ini. Yang sedang di atas tak perlu membusungkan dada. Yang di bawah tak perlu menunduk. Semua ada perannya. Semua saling membutuhkan. Dan semua berputar.

---

Menjelang akhir tahun seperti biasa gue mempersiapkan sms ucapan. Dan tahun ini, gue mengambil quote dari Woody Allen seperti yang ada di tulisan gue sebelumnya.

"If you want to make God laugh, tell Him your plans" - Woody Allen

Ada banyak sekali reply yang menarik, lucu dan dalam seperti:

"I will coz God loves to laugh...:-)"

"I only have pasrah"

"Thank God I don't have any beside wishes"

"Hahahaha that's why i never have plans. Just go with the flow..."

Dan masih banyak lagi. Tapi ad satu reply yang sangat manis dan ketika gue membacanya bulu kuduk gue berdiri sebentar, dan mata gue terasa agak panas:

"I do not have plans, glenn. But i have wishes, hope and dreams that surely will make God so proud of me."

Thursday, January 01, 2009

Selamat Tahun Baru 209

dari kemeriahan jakarta menyambut tahun baru 2009.







silakan klik:
http://glennmarsalim.multiply.com/photos/album/91/Malam_Tahun_Baru_2009_-_Jakarta_Ane_Emang_Gak_Ade_Matinye?replies_read=1
untuk foto-foto yang lain.