Saturday, July 30, 2005

Minggu, 31 Agustus 2005

Pagi ini gue bangun, masih belum nyadar kalau gue udah di KL lagi.
Tiba-tiba aja gue kangen banget sama kampus gue.
Sayang tempatnya jauh banget. Di daerah pegunungan, Bukit Melawati.
Mungkin kalau nanti kerjaan gue udah selesai, gue coba ke sana.

Hari ini semestinya gue deg-degan habis. Karena siang nanti mau review
kerjaan sama 2 CD yang udah langganan menang award internasional.
Tapi gak tau kenapa, gue nyantai aja... Padahal idenya belum mateng-mateng amat.
Mungkin karena gue gak ngerasa ini medan pertarungan gue.
Gue ngerasa, pun sukses di sini, hanya akan bertahan sampai Kamis.
Jum'at gue akan balik ke Jakarta. Medan pertarungan gue yang sebenarnya.
Pikiran yang salah besar! Karena siapa tau... Ah udalah! Jangan dipikirin dulu!

Partner in crime gue, Nik Radzi, pagi-pagi udah telepon.
Dia bilang dia gak bisa tidur semalaman.
Takut dibantai. Padahal semua materi harus selesai hari Selasa.
Gue cuma bisa bilang "Take it easy, you are not alone doing this project.
We are not alone. We gotta do this project together.
You, me and the rest of the team..."

Anyway, kemaren dapet sms dari Mbak JH, kalau radio karya dua anaknya
jadi finalis di Pinashtika Awards. Saingan sama radionya BH dan EJP.
Hm... buah jatuh gak jauh dari pohonnya. Congrats buat Bona dan Rori!
Hoping that your big emak's passion will transcend to you, all of you and me too :)

Pagi-pagi gue udah ke gym, terus makan pagi enak banget,
terus gue udah siap untuk berangkat. Masih ada waktu 1 1/2 jam.
Mungkin gue mau jalan-jalan dulu. Pengen liat buku di Kinokuniya.

Tembok Putih Ide

Sebuah ruang meeting disulap menjadi ruang putih.
Karena di keempat sisinya ditempel kertas besar-besar berwarna putih.
Kalau bagian atas ditutupi kertas juga, pasti tidak akan ada
yang mengenali kalau ruang itu adalah ruang meeting.

Dua pasang art director dan copywriter saling membelakangi.
Setiap pasang tampak seru dengan ceritanya masing-masing.

Di sebelah kiri, Sharifah Nor Azizah sedang seru menceritakan
pengalamannya pergi ke pasar basah kepada Jeremy Chia.
Sementara bercerita, tangan Jeremy menggambarkan cerita
Sharifah dalam sebuah gambar. Mirip sekali dengan sebuah storyboard.
Sambil bercerita Sharifah pun ikut menulis kata-kata yang tiba-tiba
keluar dari kepalanya.

Di sebelah kanan, Din dan Kurt, sepasang Art Director dan Copywriter
funky, sedang bernyanyi-nyanyi. Sesekali Din menggambar seiring irama lagu
sementara Kurt menulis kata-kata tak beraturan yang muncul di kepalanya.
Garis-garis repetitif bagai kurva tak beraturan memenuhi hampir setiap
sudut kertas. Seolah tak ingin membuang apapaun, hampir setiap lirik
bisa menjadi gambar dan dari satu gambar beranak pinak menjadi gambar yang lain.

Kedua pasangan itu tampak begitu menikmati sesi brainstorming ini.
Tampak persis seperti anak kecil sedang bermain corat coret di tembok rumah mereka.
Saya mencoba duduk bersama mereka. Harus saya akui, kertas putih
yang menutupi ruangan memberi efek psikologis yang lumayan
berarti. Saya seperti sedang berada di ruangan tanpa batas yang
membiarkan pikiran bebas bergerak. Batasan mulai ada ketika
saya mulai mencoba menulis atau menggambar di kertas itu.
Karena sebuah coretan di kertas putih itu, seperti mengingatkan kita
bahwa ada tembok/ruang dibalik segala putih.

Hampir 10 jam, kedua pasangan itu menikmati sesi ngerumpi itu.
Kebebasan mereka itu, bukan tanpa tujuan.
Mereka adalah pasangan yang sedang ditugaskan mengerjakan
sebuah pitching iklan.

Saya tidak akan menceritakan lebih lanjut soal pitchingnya,
tapi saya ingin menceritakan bagaimana sebuah proses ide dilahirkan
dari sebuah agency yang telah berkali-kali memenangkan
international awards.

Setelah tembok menjadi penuh dengan coretan-coretan dan tulisan-tulisan
barulah kemudian mereka bersama-sama mengambil brief lagi.
Brief itu telah meramu sebuah ide "Not just a talk" itu, Sebuah ide yang memang
akan membuka pikiran kita ke mana-mana.

Kedua pasangan itu pun kemudian bertukar tempat.
Masing-masing kini berdiri di depan coretan-coretan yang
bukan milik mereka sendiri. Mereka diam untuk paling banyak 10 detik
dan... keributan terjadi! Berjuta-juta bohlam lampu pecah! Mereka
seolah mendapatkan berjuta-juta ide dari gambar yang bukan mereka buat sendiri.

Sesekali terdengar suara jeritan "aaaaah that's great!" atau teriakan
"oh shit! That's it! We got it man!" Dan berbagai ekspresi kegirangan lainnya.
Kemudian masing-masing pasangan mulai menggambar lagi.
Kali ini tampak mereka mulai membuat kotak-kotak seperti print ads.
Tulisan-tulisan mereka pun mulai terstruktur seperti layaknya sebuah headline.

Tak terasa... saat itu waktu sudah menunjukan pukul 2 dini hari.
Dan mereka lupa, bahwa jam makan malam telah lewat. Akhirnya saya berkata
"Guys, I do not want you to faint. Seriously! Grab your dinner...
and let us meet up again tomorrow. Say 11ish?"
Mereka duduk bersama sambil makan pizza dingin yang sudah disiapkan
dari jam makan siang tadi. Sambil makan mereka merencanakan apa yang
akan mereka lakukan esok. Mereka seolah tak ingin sesi tadi diakhiri.

Sebelum meninggalkan kantor, saya melirik ke arah mereka, dan saya berkata
dalam hati "thanks for showing me what passion is all about!"

Friday, July 29, 2005

Daun Muda 2005

Apa yang bisa lebih membahagiakan buat gue
selain melihat-lihat kerjaan iklan orang lain.
Yang bikin istimewa kali ini,
gue melihat karya-karya peserta Daun Muda 2005.

Di sebuah ruangan tua yang gue gak kira
masih eksis di Jakarta, iklan-iklan self promo itu
memenuhi tembok, kursi dan lantai.

Karena gue terlambat, alhasil beberapa karya
udah dalam posisi tertutup. Alias udah gugur.
Yang dianggap berpotensi menjadi finalis
udah tertata di atas meja.

Satu per satu gue buka-buka karya yang udah ditutup.
Karena sepertinya para juri senior itu belum dapet
10 karya yang bisa jadi finalis.
Dan kehadiran gue di sini adalah sebagai pemantau doang.
Otomatis gue tutup mulut aja.

Sampe akhirnya dengan kebaikan hati para juri-juri itu
gue malah diajak ngomong dan berpendapat.
Undangan yang bikin gue ngerasa sangat dihargain.
Dan gue pun berusaha untuk berpendapat
sebaik-baiknya.

Ketika itu pula,
gak tau kenapa gue bisa ngerasain
detak jantung yang berdegup kencang.
Yang pasti bukan detak jantung gue.

Setiap detik, detak jantung itu semakin keras
dan semakin banyak dan semakin banyak.
Semakin lama detak jantung itu
seperti hendak memainkan sebuah orkestra perkusi.

Sebuah orkestra yang memainkan irama
yang pernah begitu dekat, begitu akrab.
Irama itu perlahan menjadi lagu
yang menceritakan sebuah harapan.

Irama indah itu tiba-tiba meninggi
dan semakin meninggi.
Mendekati puncak awan, irama itu
perlahan menurun melintasi gunung dan ngarai.

Semakin turun dan rendah.
Menyusuri sungai kejernihan kecil.
Menghempas kerikil-kerikil
untuk akhirnya naik ke atas sebentar.

Sebelum akhirnya mendarat dengan lunak
di sebuah padang yang indah.
Lagu itu berhenti tepat ketika
matahari pagi mulai bangun tidur.

"Yang ini lebih fresh! Ngeliatnya seger banget gitu!"

Saturday, July 23, 2005

Pembelajaran yang Terus Berjalan

Hari ini, gue udah dua bulan persis jadi pengangguran.
Gue gak pernah ngira, kalau gue bakal menganggur selama ini.
Dan tentunya di hari ini pula, gue melihat ke belakang.
Selama dua bulan ini udah apa aja sih yang gue lakukan.

1. Radio PSA Hariku
Gue pengen banget bikin radio monologue.
Karena seperti kita semua ketahui, radio monologue itu
paling susah diantara semuanya.
Dibantu Oom Bud, Mamung, Mas Agus Swanten, Lukman, Firman Cosmopolitan FM,
DanRem, Felicia, Opa Djokolelono, Rangga, dan Ruri, Baby dan Hera, akhirnya jadi juga itu radio.
Senengnya, iklannya bisa tayang jadi sebelum Juni berakhir.
Bisa ikutan Citra Pariwara tahun ini deh!

2. TVC
Ini kerjaan gantung yang harus gue selesaikan setelah keluar dari OgilvyOne.
Dibantu Richard, Ruri, Ferdy, Fey, Prita, Bunda, Ciska, Mbak Anna, Ben Wie,
Velocity, Bumble Bee dan puluhan pekerja sinema film, sekarang kerjaan itu udah
sampe tahap Online.

3. Clue Magazine Print Ads
Gue pengen banget untuk bikin kerjaan Artvertising.
Dimana advertising dipahami lebih sebagai sebuah karya seni.
Akhirnya dibantu Alex Abimanyu, Cecil, Yuli, Yunike, Adit, Anet, Marie, Rangga, Ruri,
Bunda, Vianne, Oom Bud, dan Mbak Jeanny, 8 set print ad itu selesai juga.
Sekarang tinggal tunggu tayang bulan Agustus ini.
Siapa tau bisa ikutan ADOI, Addone, CP tahun depan.
Barusan aja gue load di Archive. Siapa tau lolos!

Image hosted by Photobucket.com

4. Pitch.
Gue sekarang lagi gak di Jakarta.
Ngebantu sebuah agency untuk pitching.

5. Storyline.
Gue juga bikin 6 storyline untuk sebuah agency di Jakarta.

6. Logo.
Gue bikin logo sebuah PH yang baru dibikin di Jakarta.

7. SCA
Bikin proposal buat SCA-nya CCI. Plus, iseng-iseng bikinin logonya.
Walau sampe sekarang belum ada kabarnya, tapi bagian gue udah beres.

8. The Darling Project
Bantuin 3 anak UNTAR menyelesaikan TA mereka.
Alhamdullilah, 3-3nya udah lulus.
Malahan Cecil dapet nilai A loh! Yang duanya lagi dapet B.
Gue bangga banget!

Pugh! Sumpah mati gak kira! Gak kira sama sekali!
7 proyek dalam 2 bulan!
Sesuatu yang mungkin gak bisa gue kerjain kalau gue masih kerja di agency.
And did I having fun? YES! Absolutely!
Did I learn anything? YES! Loads of things!
Did I get to know more people? YES! Various kind of people.
Termasuk permilik cafe dan pelayan Oh Lala Thamrin.
Did I get pay? Erghhhh... not really... but I manage to survive.
Pinjem sana sini, setidaknya gue masih bisa menyambung hidup.

Tapi apa yang gue udah lakukan selama dua bulan ini,
menjadi lebih berarti karena ternyata gue belajar banyak!
Gue jadi tau kenapa monologue susah.
Gue jadi tau kelakuan agency terhadap PH.
Gue jadi tau mana yang selama ini beneran temen mana yang gak tulus-tulus amat.
Gue jadi tau kesulitan-kesulitan untuk bikin artvertising.
Gue jadi tau kekurangan gue dalam eksekusi.
Gue jadi tau rasanya kerja sama agency di luar Indonesia.
Gue jadi tau lebih banyak orang di luar lingkaran agency.
Gue jadi tau Mbak Pargi dengan kehidupannya yang sederhana.
Gue jadi tau... aaaaaaaaaaah banyak banget!

Dan lihat gue sekarang, masih hidup aja...
Gue gak mati kelaperan kok!
Ada satu yang gue lakukan selama dua bulan ini.
Gue ngerasa semakin deket sama Yang Di Atas.
Karena sekarang lebih terasa sangat tergantung sama Dia.
Dan belakangan ini, dalam doa gue minta supaya Dia
menerangi pikiran dan hati supaya gue bisa mengambil keputusan.
Bukan keputusan yang terbaik, tapi keputusan yang sesuai sama kehendak-Nya.

Sekarang gue melihat ke depan.
Jadi makin semangat untuk ngejalanin hidup gue.
Terima kasih Tuhan. Gue sayang banget sama loe!
Buat semua yang namanya ada di atas,
gue cuma bisa bilang terima kasih.
"Teman, kita jalan bareng terus ya... kebaikan loe semua
gak akan pernah gue lupain."