Monday, August 22, 2011

Dukung KPK



i don't understand nor interested in politics. but i believe we still need KPK.

Sunday, August 07, 2011

Mengapresiasi Bukan Menghakimi

http://akademiberbagi.org/news/2011/08/03/49/mengapresiasi_bukan_menghakimi.html

“The deepest principle in human nature is the craving to be appreciated” *William James*


Selalu menyenangkan mendengarkan orang-orang kreatif sharing. Selalu ada hal baru dan berbeda yang kita peroleh. Seperti kelas Kamis (28/7/2011) gurunya Glenn Marsalim orang yang bekerja sebagai freelancer dibidang periklanan dan pasti banyak orang sudah tahu dengan prestasinya. Malam itu di kantor SITTI (Jalan Senopati – Jaksel) Glenn berbagi ilmu tentang Apresiasi Iklan.

Banyak orang kreatif, banyak orang bisa membuat iklan, tetapi jarang yang bisa mengapresiasi dengan baik. Apresiasi berbeda dengan menilai atau menghakimi. Butuh kepekaan dan background pengetahuan yang cukup untuk dapat mengapresiasi sebuah iklan.


Dalam proses pembuatannya, terutama iklan TV, Glenn menuturkan sebuah proses yang panjang dan rumit untuk sebuah hasil yang paling lama 60 detik atau bahkan 30 detik. Perlu menselaraskan antara keinginan klien, keinginan kreatif dan maunya konsumen dan itu bukan hal yang mudah. Mengupas satu per satu iklan di TV sungguh mengasyikkan. Kita diajak Glenn untuk menghargai sebuah proses. Ya proses yang seringkali diabaikan. Kita lebih sering fokus akan hasil hasil dan hasil.


Sebuah iklan dikatakan bagus atau jelek, itu sangat tergantung siapa yang menilai. Iklan-iklan yang bagus dan menang award belum tentu booming di pasaran, walaupun ada beberapa. Mengapresiasi iklan bukan menilai bagus atau jelek, tetapi bagaimana sebuah penciptaan karya yang punya nilai lebih. Seperti contohnya, salah satu iklan yang dibuat Ipang Wahid. Dalam iklan Lebaran yang dibuat pada tahun 2002 untuk perusahaan rokok kalau tidak salah, Ipang Wahid menggambarkan suasana lebaran yang penuh kegembiraan dengan menyelipkan gambar barongsai yang menari. Itu untuk pertamakalinya ada yang berani memasang adegan barongsai di iklan lebaran yang notabene adalah perayaan umat muslim. Sekarang sudah bertaburan iklan-iklan dengan barongsai, apapun perayaan keagamaannya. Menurut Glenn, karya Ipang tersebut dianggap pendobrak dan pertama yang kemudian ditiru oleh kreatif lainnya.


“Otak kita seperti palet warna. Setiap kebencianmu pada sebuah karya akan menghilangkan satu warna. Semakin banyak yang kamu tidak suka akan semakin banyak warna yang hilang. Lalu, kamu mau melukis pakai apa?” Sebuah kalimat dari Glenn Marsalim yang sungguh dalam maknanya. Ketika kita seringkali mencela karya orang, apalagi tanpa alasan yang jelas, maka kita semakin memenjarakan kreativitas kita. Ego adalah kutub yang berlawanan dari kretivitas. Sebuah karya, apapun hasilnya patut untuk diapresiasi. Dan setiap orang telah mengeluarkan daya upayanya untuk menghasilkan karya terbaiknya.


Masih banyak iklan-iklan yang diulik dalam kelas saat itu, dan penjelasan Glenn selalu memberikan kita wawasan baru yang mungkin buat mahasiswa periklanan –di kelas itu ada beberapa mahasiswa design & iklan- tidak diperoleh di bangku kuliahnya.


Saya selalu happy setiap mengikuti kelas Akademi Berbagi, karena para guru tidak melulu memberikan teori tetapi pengalaman berharga mereka ketika menjalani profesinya. Dan Glenn adalah salah satunya. Makhluk luar biasa yang selalu rendah hati dengan bilang : “aku ini apa, aku ndak pede je ngajar di kelasmu.”


Sekali lagi, makasih Glenn butuh orang-orang yang tidak biasa sepertimu untuk menggugah wawasan dan pikiran kami yang lebih sering ribet dengan hasil dan nilai tanpa menghargai sebuah proses panjang yang selalu mengandung pembelajaran.


TRUST YOUR GUT. TRUST YOUR INSTINCTS - GLENN MARSALIM

By: Ainun Chomsun

Twitter Service Pulkam Helps Indonesians Return Home [INTERVIEW]

We are three days into the holy month of Ramadan. After a month of fasting there will be a holiday time called Eid, where people will buy new things, (many of them picking up new gadgets) and return to their hometowns. @pulkam, short for ‘Pulang Kampung’ (or ‘going back home’) is a Twitter account where users can share their pulkam/mudik experience, or even promote their hometown. One of the founders of this movement, so to speak, is Glenn Marsalim. Here’s a brief chat we had with him.

1. Who is the creator of @pulkam? When it was founded?

It was started two years ago during the IndonesiaUnite movement on Twitter, if anyone still can remember. It was myself, Iwet Ramadhan, Alfa Aphrodita and Patrick van Diest.We then discussed about this idea on Twitter and soon many attracted to join. Pinot, an Indonesian in Kuwait, is one of them and he is the biggest contributor on the team. I am basically maintaining the concept of pulkam.
2. What is the reason for making the pulkam account? Besides of course marking the Lebaran holiday after the month of Ramadan?

To promote Indonesian cultures, culinaries, customs, and more. In marketing speak they’d call it ‘user-generated content’. In my understanding, it is sharing. We Indonesians are very proud of our kampung halaman(hometown) and we would love people to know about it and invite everyone to come.
Pinot added:

The original idea of @pulkam was sharing the mudik experience with others. Then I was thinking, why not help people on their mudik journey so they can arrive at their mudik destination safe and sound? So then @pulkam also provided traffic information, train and flight schedules, locations, streets, ATMs, fuel stations and even hotel or tourist places. Basically, we just gathered all the info from the internet, and then reshared it to @pulkam followers. It nothing really special, but now the followers have a real mudik friend.

3. So far you have garnered over 5000 followers. How can you leverage this?

I dont think the number of followers is really the main point. It’s more about participation. When we can help our followers on their pulang kampung journey, and the followers are happily and proudly tweeting their pictures and their stories, then we know pulkam had achieved it’s goal. I don’t see the point of having 100,000 folowers but very little participation or conversation. Last year we have the most followers in comparison to similar Twitter accounts belonging many prominent brands.
4. How many replies or retweets you usually can get when it’s peak season?

We have never really counted it, but I would guess it’s around 50 replies in an hour.
5. Besides Twitter, is there any other technology that you are currently using?

We have Facebook, Tumblr, and just last night Pinot floated the idea of using Radio Amatir (Amateur Radio). But I must say, the most important technology we use is human technology. We have volunteers on the road to report traffic conditions directly to us.
6. What is the plan for this year? How many people will help you running the service?

The plan is to maintain the character of pulkam: Friendly, exciting, fun and most importantly we want to maintain a sense of belonging. Pulkam is really from all of us and for all of us. We want to let it remain spontaneous. Especially during this time when Twitter has become so jaded with brands and hidden advertising. I guess it’s good to give an alternative. Back to fitrah. Let’s just share.
7. With so much interest over the past year, will you entertain any advertising possibilities? Or it’s just purely social?

Since day one we were already working together with some brands. Tri, Telkomsel and TechLife were participating in giving prizes for photo competitions. We also worked with social media accounts such as @infoll, @lagimakan, and @ayosehat. This year, we will be working with Bistip. At this moment it’s purely social with help from sponsors. But no, we don’t make money out of pulkam yet. Maybe in the future. If you sit in our “master control” room, and read all the tweets and tweetpics about people’s kampung halaman, then you will understand that money isn’t everything.

By: Joshua Kevin
Joshua Kevin is passionate about tech startups, entrepreneurship, social media and he's doing his best in keeping up with all of that. Also an Apprentice at #StartupLokal community and Associate at East Ventures. He's a Sophomore at Bina Nusantara University, Indonesia and yearning for more Youthpreneurship activities there.

http://www.penn-olson.com/2011/08/03/pulkam/