Wednesday, May 31, 2006

The New Clue

http://glennmarsalim.multiply.com/photos/album/34

komen, kritik dan saran ya...
thanks.

Saturday, May 20, 2006

A Clue To A New Clue

Dua minggu Cecil sakit cacar air.
Juli lagi sibuk dengan urusan kantornya.
Dan gue sibuk bantuin agency pitching.
Sementara waktu gak mau berhenti.
Tau-tau udah pertengahan Mei.

Kalau mau ikut CP atau Pinasthika,
iklan harus udah tayang sebelum Juni.

Benar-benar melegakan waktu untuk kedua kalinya
kita review iklan Clue yang baru.
Semua seperti yang kita harapkan.
Efek detail memang masih kurang di sana-sini.
Tapi mood, bau dan bahasa tubuh kota Jakarta sudah mulai tercium.
Ekspresi masih ancur total.
Tapi sepertinya Cecil dan Juli juga sudah menyadarinya.

Memang kali ini, kami jauh lebih ambisius dari kerjaan sebelumnya.
Tetap menggunakan ketrampilan tangan menggambar.
Tapi semua yang tadinya tidak terlihat bahkan terbuang di kota Jakarta
hendak kami angkat dan kami tampilkan dengan cara tersendiri.
Sesuatu yang begitu dekat, begitu sehari-hari, begitu detail sampai ke
bagian-bagian yang dilupakan oleh mata.
"Jakarta banget!" kata teman-teman yang pernah melihatnya.

Persis! Memang ekspresi itulah yang kami harapkan.
Majalah gratis CLUE memang majalah yang membahas
segala sesuatu yang sedang nge-trend di kota Jakarta.

Ingin rasanya, untuk sekali dalam hidup,
menampilkan apa yang selama ini telah membesarkan kami.
Apa yang selama ini telah menaungi kami.
Tribut untuk Kota Jakarta.
Insya Allah. Insya Allah.

Sementara Widarto lagi bantuin kita foto-foto,
iklan Clue yang baru lagi dibenerin.
Doain kita ya teman-teman!

Photobucket - Video and Image Hosting

Photobucket - Video and Image Hosting

BTW, Iklan Coffee Club akhirnya bisa tayang!
Alhamdullilah...

Thursday, May 11, 2006

Semua Orang itu Goblok

Buat mahasiswa DKV, dosen itu goblok.
Gak ngerti iklan. Ketinggalan zaman. Pikirannya tertutup.
Buat dosen, mahasiswa yang goblok.
Gak tau tujuan hidupnya. Lamban nangkep materi. Pemalas.
Buat orang iklan, dosen dan mahasiswa sama gobloknya.
Gak ngerti perkembangan iklan. Materinya gak relevan. Gak siap pakai.

Buat klien, orang iklan itu goblok.
Gak ngerti bisnis. Taunya cuma bikin iklan. Buta strategy.
Buat orang iklan, klien yang goblok.
Gak tau maunya apa. Plin plan. Gak punya visi.
Buat konsumen, klien dan orang iklan sama gobloknya.
Bikin iklan kok jelek. Gak menarik. Begadang muluk tapi miskin.

Berarti di dunia ini, tidak ada orang yang pandai.
Semua orang goblok.
Kalau ada yang memuji "Anda pandai!"
Jangan percaya. Karena semua orang itu goblok.
Kalau ada orang yang mengaku dirinya pintar.
jangan percaya juga.
Karena itu pasti dia terlalu goblok
untuk menyadari kegoblokannya.

Monday, May 08, 2006

Buang-buang Uang dan Waktu Cara Iklan

Seorang teman make up artist pernah berceloteh dengan genitnya:
"Bo... kalau gue make up-in penganten, gue dibayar 10-15 juta sehari.
Gue dateng pagi, make up-in dua jam. Abis itu gue tidur.
Terus sorenya, gue temuin lagi pengantennya,
touch up sana sini, ganti dikit-dikit sana sini.
Selesai.

Nah, sekarang loe bayangin deh, malamnya,
semua make up gue itu kan dihapus buang ke tong sampah
bersama kapas-kapas.
Berarti 10-15 juta yang dikasih ke gue
nilainya gak lebih dari 12 jam selama pesta pernikahan itu doang?!"

Sekarang, coba kalau kita pikirkan dengan dunia iklan.
Untuk bikin sebuah TVC 30" kita butuh kurang lebih sebulan sampai 3 bulan.
Idealnya, ngegarap konsep sampai jadi storyboard, 2 minggu.
Terus present ke klien, bolak balik revisi, 3 minggu.
Terus FGD, kurang lebih 2 minggu lagi.
Terus preparation shooting, shooting, offline, online, 2 minggu lagi.
Total 12 minggu. 3 bulan lah.

3 bulan untuk sebuah tvc 30 detik!
Syukur kalau memang iklannya menarik dan produknya bagus.
Kalau enggak?
3 bulan waktu, tenaga dan uang senilai milyaran rupiah, terbuang sia-sia.
Sama seperti kapas penghapus make up.

"Makanya bikin iklan yang bagus dong!
Yang umurnya panjang dan bisa ngedongkrak sales
selama 30 tahun! Loe kan yang orang iklan!"
Mungkin begitu garis besarnya kata orang.

Tanpa bermaksud membela diri,
konsumen kita semakin lama semakin pinter.
Semakin tahu kalau iklan gak lebih dari sekedar informasi dan hiburan.
Tak lebih dari sekedar pengganggu saat mereka nonton sinetron kegemaran mereka.
Dan, konsumen berhak dan akan selamanya memilih
apa yang mereka mau dengar, lihat, rasa dan pahami.

Bagaimana kalau memang produknya yang memang gak bagus?
Produknya yang memang gak sesuai kebutuhan?
Mau satu trilyun sekalipun uang dihamburkan untuk iklan,
bisa dipastikan akan terbuang sia-sia.

Terkadang sebagai orang iklan,
hanya bisa menelan ludah ketika menyadari bahwa produk
atau apapun yang hendak diiklankan, tidak ada nilainya.
Tidak ada kelebihannya. Dan yang terparah, tidak ada kebutuhannya.

Bagaimana mau menjelaskan ke klien?
Mungkinkah saya mengatakan "duh maaf, kayaknya produk loe
gak akan laku deh?"
Sebelum saya selesai menjelaskan bisa jadi klien udah cari agency lain.
Jelas, karena klien sudah investasi.
Mendatangkan mesin dari Cina untuk memproduksinya.
Membayar milayaran untuk desain packaging dari desainer kelas dunia.
Semua siap, tinggal diiklanin.

Memang, tidak ada yang bisa ditebak hari begini.
Yang kita kira akan gagal ternyata sukses. Demikian sebaliknya.
Kalau begitu mengapa tidak kita memulainya dengan sederhana.
Bisa dengan promo-promo kecil bekerjasama dengan merek lain.
Atau dengan menyebarkan sampling kecil-kecilan di berbagai tempat.
Sehingga kita bisa mengetahui kesiapan dan penerimaan konsumen
terhadap produk baru kita.

Saya bukan orang yang terlalu ngefans sama FGD.
Banyak produk yang ketika di FGD memberikan hasil positif.
Tapi ketika benar2 diluncurkan, hasilnya tidak memuaskan.
Saya pikir karena semua orang akan menjadi orang lain.
Ketika di depannya disodorkan microphone,
di ruang kecil dengan 20 orang lain.
Dan merasa sedang diperhatikan oleh orang lain
di balik kaca satu arah.

Kalau kita pikir, banyak merek-merek yang berjaya
tanpa menghamburkan milyaran rupiah di iklan.
J.Co, Roti Boy, Breadtalk, Bakmi Gajah Mada,
Gado-gado Boplo... Kok makanan semua?
OK... bagaimana dengan Bin House, sendal jepit Swallow,
lem Aica Aibon, Retsleting YKK, Mak Erot, dan lain-lain.

Kalau kita perhatikan, merek-merek di atas punya satu kesamaan.
Produk mereka memang bagus, dan... sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Menjawab keinginan konsumen.

Di tengah keadaan krisis seperti sekarang,
sepertinya usaha untuk semakin memahami konsumen dan
menekan ego untuk buru-buru untung dan kaya raya menjadi pilihan terbaik.

Sayangilah dan bertemanlah dengan konsumen.
Berikan hanya yang terbaik.
Jangan membohongi apalagi menyiasati konsumen.
Dan semakin hari konsumen semakin pintar
dan tidak bisa dibohongi lagi.

Seorang pernah berkata,
kalau kamu orang iklan atau marketer canggih,
kamu bahkan bisa menjual seonggok batu kali.
Seharga jutaan rupiah.

Pertanyaannya sekarang,
apakah kita mau menjual batu itu
ke ibu kita, ke kakak kita, ke pacar kita, ke anak kita,
ke saudara kita?
Atau maukah kita membeli batu itu untuk diri kita sendiri?