Sunday, August 07, 2011

Mengapresiasi Bukan Menghakimi

http://akademiberbagi.org/news/2011/08/03/49/mengapresiasi_bukan_menghakimi.html

“The deepest principle in human nature is the craving to be appreciated” *William James*


Selalu menyenangkan mendengarkan orang-orang kreatif sharing. Selalu ada hal baru dan berbeda yang kita peroleh. Seperti kelas Kamis (28/7/2011) gurunya Glenn Marsalim orang yang bekerja sebagai freelancer dibidang periklanan dan pasti banyak orang sudah tahu dengan prestasinya. Malam itu di kantor SITTI (Jalan Senopati – Jaksel) Glenn berbagi ilmu tentang Apresiasi Iklan.

Banyak orang kreatif, banyak orang bisa membuat iklan, tetapi jarang yang bisa mengapresiasi dengan baik. Apresiasi berbeda dengan menilai atau menghakimi. Butuh kepekaan dan background pengetahuan yang cukup untuk dapat mengapresiasi sebuah iklan.


Dalam proses pembuatannya, terutama iklan TV, Glenn menuturkan sebuah proses yang panjang dan rumit untuk sebuah hasil yang paling lama 60 detik atau bahkan 30 detik. Perlu menselaraskan antara keinginan klien, keinginan kreatif dan maunya konsumen dan itu bukan hal yang mudah. Mengupas satu per satu iklan di TV sungguh mengasyikkan. Kita diajak Glenn untuk menghargai sebuah proses. Ya proses yang seringkali diabaikan. Kita lebih sering fokus akan hasil hasil dan hasil.


Sebuah iklan dikatakan bagus atau jelek, itu sangat tergantung siapa yang menilai. Iklan-iklan yang bagus dan menang award belum tentu booming di pasaran, walaupun ada beberapa. Mengapresiasi iklan bukan menilai bagus atau jelek, tetapi bagaimana sebuah penciptaan karya yang punya nilai lebih. Seperti contohnya, salah satu iklan yang dibuat Ipang Wahid. Dalam iklan Lebaran yang dibuat pada tahun 2002 untuk perusahaan rokok kalau tidak salah, Ipang Wahid menggambarkan suasana lebaran yang penuh kegembiraan dengan menyelipkan gambar barongsai yang menari. Itu untuk pertamakalinya ada yang berani memasang adegan barongsai di iklan lebaran yang notabene adalah perayaan umat muslim. Sekarang sudah bertaburan iklan-iklan dengan barongsai, apapun perayaan keagamaannya. Menurut Glenn, karya Ipang tersebut dianggap pendobrak dan pertama yang kemudian ditiru oleh kreatif lainnya.


“Otak kita seperti palet warna. Setiap kebencianmu pada sebuah karya akan menghilangkan satu warna. Semakin banyak yang kamu tidak suka akan semakin banyak warna yang hilang. Lalu, kamu mau melukis pakai apa?” Sebuah kalimat dari Glenn Marsalim yang sungguh dalam maknanya. Ketika kita seringkali mencela karya orang, apalagi tanpa alasan yang jelas, maka kita semakin memenjarakan kreativitas kita. Ego adalah kutub yang berlawanan dari kretivitas. Sebuah karya, apapun hasilnya patut untuk diapresiasi. Dan setiap orang telah mengeluarkan daya upayanya untuk menghasilkan karya terbaiknya.


Masih banyak iklan-iklan yang diulik dalam kelas saat itu, dan penjelasan Glenn selalu memberikan kita wawasan baru yang mungkin buat mahasiswa periklanan –di kelas itu ada beberapa mahasiswa design & iklan- tidak diperoleh di bangku kuliahnya.


Saya selalu happy setiap mengikuti kelas Akademi Berbagi, karena para guru tidak melulu memberikan teori tetapi pengalaman berharga mereka ketika menjalani profesinya. Dan Glenn adalah salah satunya. Makhluk luar biasa yang selalu rendah hati dengan bilang : “aku ini apa, aku ndak pede je ngajar di kelasmu.”


Sekali lagi, makasih Glenn butuh orang-orang yang tidak biasa sepertimu untuk menggugah wawasan dan pikiran kami yang lebih sering ribet dengan hasil dan nilai tanpa menghargai sebuah proses panjang yang selalu mengandung pembelajaran.


TRUST YOUR GUT. TRUST YOUR INSTINCTS - GLENN MARSALIM

By: Ainun Chomsun

No comments: