Thursday, March 13, 2008

Terbikin Bukan Dibikin

Mulai dari temen-temen di dunia iklan, dunia film, dunia bank, seniman, pemilik restoran sampai supir taksi pernah bertanya kepada gue "wah kenapa gak buka agency sendiri aja?" atau "tinggal tunggu buka agency sendiri nih!' atau "sama temen-temen mending loe buka agency deh!"

Untuk sesaat pertanyaan itu kesannya masuk akal dan seru. Gila aja, siapa gak mau punya agency sendiri. Apalagi kalau pake nama sendiri macam Ogilvy, Leo Burnett, Coleman & Handoko, dan lain-lain. Terkenal dan punya banyak uang. Apalagi kalau karya-karyanya dapet penghargaan, meningkatkan sales, brand dan semua yang ideal. Saking ideal sampai mimpi pun tak berani.

Selama ini, jawaban yang gue kasih selalu sekenanya. "Ah belum waktunya" atau "nanti lah..." atau "loe duluan deh..." dan banyak lagi jawaban basa basi yang gue sendiri sering bosan ngedengerinnya.

Ada satu pertanyaan yang selama ini selalu menggantung di kepala gue "negara ini butuh berapa advertising agency? wong yang ada sekarang aja pada sekarat kok!" Sama kalau pas gue jalan-jalan ke Pasaraya. Melihat tumpukan baju-baju berlimpah ruah menanti pembeli bikin gue sering ngenes. "Berapa banyak baju yang dibutuhkan negara ini?"
Dan herannya, merek-merek baju baru tetap bermunculan. Agency-agency baru tetap buka.
Tahun lalu ada sekitar 8 teman gue yang buka agency. Berarti kalau di rata-rata dalam setiab bulan hampir ada satu agency yang baru buka.

Yang serunya, dari 8 yang baru buka itu, ada yang masih bertahan, ada yang hampir tutup, ada yang lagi bingung cari klien, dan ada yang sama sekali gak tau mesti ngapain. Dan ada juga yang entah memperluas bidang usaha sampai ke event organizer atau bahkan ngurusin kawinan! Bingungnya, lah waktu tahun lalu seru-seruan mau buka agency itu, perhitungannya gimana? Kok udah sewa tempat dan beli Mac segitu banyak? Kok udah berani hire karyawan? Uang dari investor emang gak mesti dipertanggung jawabkan? Atau gak ada tanggung jawab sama sekali?

Atau mungkin karena gue bukan otak bisnis, gak ngerti soal gini-ginian?

Dan teteup, salah satu pemilik agency yang baru yang hampir wasallam itu bilang ke gue "mendingan loe buka agency! sukses pasti!" Sama seperti orang yang matanya berair karena makan mangga keaseman dan bilang "eh makan deh ini mangga, manis!'

Melihat keadaan sekarang, di mana agency pada berebut klien dan ngos-ngosan, wajar kayaknya kalau gue berpendapat, kalau mau buka agency untuk cari uang, lebih baik jualan pisang goreng ponti! Kabarnya ada yang bisa dapet laba bersih 75-100 juta per bulan!

Alhamdulillah, selama ini uang gak pernah terlalu bermasalah untuk gue. Tidak lebih tidak kurang. Cukup. Emang gak pengen dapet uang lebih? Yang pengen dong! Tapi kalau mau nurutin pengen, gak pernah cukup. Kalau gak pernah cukup, gue gak pernah bersyukur. Kalau gak pernah bersyukur nanti Yang Di Atas marah.

Jelas, dapat uang lebih bukan motivasi yang pas untuk gue.

Pengen terkenal dan menang awards? Untuk apa buka agency. Begitu gampang untuk terkenal dan menang awards. Pertanyaannya, kalau sudah terkenal dan menang awards terus mau apa lagi? Lebih terkenal dan menang lebih banyak lagi? Buat apa? Kapan cukupnya? Dan selama gak pernah cukup selamanya gak pernah bersyukur bukan?

Seorang temen deket, yang sangat judes dan tajam pernah bilang ke gue kalau agency itu bukan untuk dibikin tapi harus terbikin.

Gini penjelasannya:

"Kalau BIKIN agency itu, agencynya ada dulu terus baru loe bikin kebutuhannya. Sewa aja kantor dulu, beli komputer dulu, bayar orang dan lain-lain. Abis itu baru pusing cari klien. Kalau ada sih ya bagus tapi yang udah establish aja susah cari klien kok. Sementara modal udah keluar dan terus keluar. Siapa tahan? Sebentar lagi juga tutup.

Tapi kalau terbikin, agency nya itu ada karena kebutuhan. Misalnya loe mulai sendiri dengan satu komputer, terus permintaan dari klien bertambah, terus loe mulai tambah komputer, mulai tambah orang dan seterusnya. Lama-lama semakin besar. Intinya kebutuhan yang membuat loe bikin agency. Ini yang akan tahan lama.

Sama seperti riak air pas batu dilempar ke danau yang tenang. Mulainya dari satu riak kecil untuk kemudian melebar. Itu satu-satunya, satu-satunya, satu-satunya cara untuk mencapai sesuatu. Gak ada cara lain."

1 comment:

Anonymous said...

kak...makasih ya..:) truly inspiring for me, in a way you may never know how.. man..it must make you feel good to know that what you've wrote inspires someone.
-yourfrequentviewer-