Monday, August 01, 2005
Sepet by Yasmin Ahmad, For the Well-being of Mankind
Kalau Romeo dan Juliet
adalah cerita cinta dua manusia yang berbeda kasta,
maka Sepet (sipit dalam bahasa Indonesia)
adalah cerita cinta antara dua manusia berbeda keturunan.
Ah Loong, keturunan Cina yang berjualan VCD bajakan
jatuh asmara dengan Orked, perempuan keturunan Melayu.
Cinta, oh... cinta...
Cerita Sepet, mungkin bisa langsung terbayang.
Tapi makna dan kedalaman berpikir sang pencerita
melebihi batas ruang dan bahasa.
Adalah tentang kasih sayang.
Tentang keharmonisan.
Dan di atas segalanya, tentang manusia.
Tentang kita.
Jutaan lagu dan film tentang cinta telah diproduksi.
Demikian pula Yasmin Ahmad.
Ia bertutur tentang cinta dengan nuansa Malaysia yang sederhana.
Begitu sederhana sehingga penonton seolah ditelanjangi.
Karena memang untuk bisa menerima pemahaman dan pengetahuan baru,
kita harus berani untuk telanjang.
Bagaimana perbedaan dihayati sebagai keindahan
yang bukan harus disatukan tapi untuk dijembatani.
Bagaimana cinta telah cukup untuk cinta.
Buang-buang waktu untuk berusaha memahaminya.
Bagaimana masa lalu adalah bagian dari masa kini
dan untuk dibawa ke masa depan.
Bagaimana kita bisa melihat kelebihan diatas kekurangan.
Bagaimana keterbatasan (Badan Sensor Film Malaysia dengan tanpa cinta membabat 8 bagian dari film ini)
tak harus menjadi alasan untuk tidak menyuarakan isi hati,
pikiran dan perasaan.
Apalagi kalau suara tersebut berhasil menggerakan jutaan emosi dan hati
jutaan penontonnya.
Sebagai seorang melankolis sejati,
herannya saya tidak menangis di akhir cerita ini.
Tapi lebih terinspirasi, tergerakkan.
Saya tidak melihat film ini sebagai sebuah melodrama,
tapi lebih sebagai gugahan.
Dan kritik sosial akan apa yang selama ini diusahakan
untuk ditutupi.
Dan untuk itu semua, ada Yasmin Ahmad.
Selama ini cuma kita kenal melalui iklan-iklan Petronasnya.
Sepet, untuk kebaikan sesama.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment