Wednesday, September 17, 2008

Pada Kamar Jam-Jaman

Setelah 2 kali, mencapai puncak kenikmatan,

pria bertubuh gempal berkumis itu,

masih memintanya untuk melayaninya lagi.

Ronde ketiga baru saja dimulai.

Karena ronde ketiga,

pria bertubuh gempal berkumis itu,

lebih lama untuk sampai ke puncak.

Dipuas-puaskannya semua,

sambil memejamkan mata

membayangkan Sarah Azhari.

Lupa akan bekas cinta di rumah,

dan hasil muntahan sperma 10 tahun yang lalu.

Ia terus mempompa gairah,

mumpung barang mulus dan muda

tergolek dan mengerang

penuh fantasi seperti di Vivid Video.

Diperintahkannya untuk tak melepas

sepatu tinggi berwarna merah,

supaya lebih mirip Asia Carera.

Gincu merah harus lebih tebal,

agar pas di puncak kenikmatan nanti

bisa menjadi kakus.

Keringat mengucur, mata terpejam erat,

pria bertubuh gempal berkumis itu,

memuntahkan cairan putih kental

di kakus bergincu merah tebal itu.

Pria bertubuh gempal berkumis itu,

terbaring terengah-engah.

Perlahan dikumpulkannya energi yang tersisa.

Segepok uang seratus ribuan,

dikeluarkan dari dompetnya.

Untuk kemudian dilempar ke lantai.

Dengan harapan untuk dipungut lembar per lembar.

Lagi-lagi untuk fantasi yang selama ini ditonton.

Badan mulus dan muda mulai merangkak.

Rambutnya basah oleh peluh

pria bertubuh gempal berkumis itu

bercampur peluhnya sendiri.

Setiap lembar diambil,

masih tanpa sehelai benangpun.

Setiap lembar diambil,

sambil mengenang rematik nenek di kampung.

Setiap lembar diambil,

hanya untuk anak haram buah hatinya,

yang meminta tas ransel

seperti yang dipakai Marshanda pada sebuah sinetron.

Setiap lembar diambil.

hingga lupa perih di puting payudaranya,

dan lecet pada vaginanya.

Sampai lah lembar uang terakhir.

Yang terbang dan mendarat di kaki kakus.

Ia ambil sambil dalam hatinya hendak berkata

"Alhamdulillah".

Belum lagi kata suci itu sempat diucapkan penuh.

Ia tersungkur.

Wajahnya pucat seperti cicak.

Kepalanya persis membentur kaki kakus.

Di luar, seorang muadzin sedang bersiap diri,

mengantar matahari untuk berpentas.

2 comments:

Anonymous said...

aduh nafas gue jadi berat abis baca ini

Anonymous said...

:(