Friday, May 13, 2005

Jembatan Itu Bernama Budiman

Di antara dua masa yang terpisahkan
oleh jurang yang lebar,
ada waktu yang mengalir deras.

Semakin hari semakin deras
mengikis tebing di kedua sisi.
Jurang semakin lebar.

Bukan pilihan untuk menyeberanginya.
Tapi sekedar kewajiban
untuk melanjutkan perjalanan kita.

Kayu yang tersedia di kedua masa,
sayang belum cukup panjang
untuk bisa jadi jembatan.

Menunggu, hanya menjadikan
kedua masa semakin jauh.
Semakin tak terlihat. Semakin tak kenal.

Saya pikir, kalau keduanya saling mengulurkan kayu
sehingga akhirnya bertemu di tengah
adalah usaha yang pantas untuk dicoba.

Dan untuk itu semua,
ada bloody-man,
lanturan tapi relevan, Budiman Hakim.

1 comment:

Inco Harper said...

BH udah ngeluarin buku?
mau dunks!