Thursday, April 26, 2007
IBUNDA
Pertama kali aku nonton film ini di layar kaca waktu umur masih SMA.
Setelah itu aku pergi ke luar untuk sekolah.
Ibunda pun pelan-pelan terlupakan.
Tapi ada beberapa bagian dari film ini yang nempel di kepala dan di hati aku.
Aku masih ingat gemulainya Tuti Indra Malaon,
Aku masih ingat rumahnya, gordynnya, cangkirnya, payungnya...
Aku bahkan masih ingat beberapa kutipan dialognya.
Kemudian beberapa kali aku mencoba mengekspresikannya lewat iklan-iklan.
Aku sering bilang ke director:
"Eh coba deh pake referensi film Ibunda.
Menurut aku cocok dengan board ini karena memang waktu ide ini dibuat,
setting film Ibunda itulah yang ada di kepala aku.
Bahkan ketika scriptnya ditulis, yang terngiang di kepala adalah
kelembutan suara Ibunda"
Tapi entah kenapa... selalu gagal. Selalu jadi berlebihan.
Baru kemarin aku berbelanja DVD, dan aku menemukan VCD Ibunda.
Tinggal 2 copy, aku borong semua.
Aku takut kalau aku tidak bisa menemukannya kembali.
Buru-buru aku pulang ke rumah dan tanpa cuci muka dahulu
apalagi ganti baju, aku langsung menonton Ibunda.
Aku seperti menemukan kembali mata air yang selama ini aku cari.
Sumber inspirasi yang selama ini, perlahan hilang.
Yang selama ini aku cari kalau menonton film Indonesia.
Dan yang menjadi referensi kalau aku menulis naskah iklan.
Setiap kata-katanya adalah kehangatan.
Dipenuhi dengan kelembutan yang sudah lama hilang
baik di layar kaca maupun perak.
Salah satu yang telah menjadikan aku seperti sekarang ini,
adalah film Ibunda.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 comments:
Ngapain beli dua ? yang satu buat saya deh..he he
boleh dong pinjam satu. atau kita nonton berdua..?
Kebetulan minggu depan saya akan putarkan film ini di kelas Bahasa Indonesia. Saya sendiri baru mengajar beberapa bulan di salah satu univ swasta di luar. Mudah-mudahan latar belakang sosial budaya film ini bisa ditangkap mahasiswa saya. Boleh dong berbagi info mengenai film ini... Tq. ids
Post a Comment